Sunday 22 July 2012

Harta Karun Ramadhan



“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (yang menyesatkan), dan fitnah yang ada pada umatku adalah harta”. (HR. Tirmidzi)

Saat ini, mungkin sebagian besar dari kita bertanya-tanya tentang keutamaan bulan Ramadhan. Beberapa lainnya juga mungkin tak acuh dengan kehadirannya yang hanya muncul satu kali dalam setahun. Tapi siapa yang mengira jika pada bulan itu menyimpan banyak harta karun. Ya, setidaknya ada 7 buah ‘harta’ tersembunyi di balik 30 hari yang singkat itu. Berikut tujuh harta karun tersebut :

1. Maghfirah
Istilah ini mungkin sudah tidak asing lagi. Ya, maghfirah atau ampunan dari Allah Swt pada bulan Ramadhan jauh berbeda dibanding bulan-bulan lainnya. Tak percaya? Tak tanggung-tanggung Allah Swt rela menghapus dosa kita semua dari akhil baligh hingga sekarang.

Nabis Saw berkata : “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan Iman dan mengharapkan ridho Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Namun, tak hanya sampai di situ. Ibarat pakaian kotor, Allah tidak hanya membersihkannya, namun juga menggantinya dengan pakaian yang baru, yaitu pakaian takwa. Sesuai dengan firman-Nya yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”  (QS. Al- Baqarah: 183)

2. Matsubah
Matsubah atau pahala yang berlipat ganda ,menjadi harta karun kedua yang ada dalam bulan suci Ramadhan. Seperti contoh, ketika kita melakukan ibadah sunnah pada bulan itu, maka Allah memberikan pahala seperti telah melakukan ibadah wajib. Dan jika kita melakukan ibadah wajib, maka akan dilipatgandakan oleh Allah Swt sebanyak 70 kali lipat. Atau bahkan, Allah sendiri yang akan memberikan balasan melebihi itu. 

Sesuai dengan hadist Nabis Saw:
“Demi Dzat yang diriku ada di Tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kasturi. Dia tidak makan, tidak minum, tidak berhubungan badan dengan istri / suaminya karena Aku. Tiap-tiap amal anak Adam baginya, kecuali puasa. Puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya pahala.” (HR. Bukhari-Muslim)

3.  Wiqayah
Seperti halnya orang yang sedang berperang, maka puasa adalah wiqayah atau tameng bagi dirinya. Dengan berpuasa, orang itu akan mampu menahan serangan nafsu syahwat dan godaan Iblis laknatullah ‘alaih. Hal ini berdasarkan dalil : “Rasulullah Saw bersabda: puasa adalah perisai dari api neraka, seperti perisainya salah seorang di antara kalian dalam peperangan.” (HR. Ahmad, An-Nasai, Ibnu Hibban, Ibnu Majah).

4. Riyadlah
Harta yang ke empat adalah Riyadlah atau melatih jiwa dan diri. Dengan berpuasa kita dapat melatih diri untuk lebih sabar dan menahan hawa nafsu maupun syahwat. Namun, dengan begitu rupanya kita mendapat ganjaran yang lebih baik, yakni dihilangkannya sifat dengki yang ada di hati kita. “Puasa bulan kesabaran dan tiga hari dalam setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian di dalam dada.” (HR. Ath-Thabrani)

5. Farhan
Kegembiraan atau farhan merupakan harta Ramadhan lainnya. Setidaknya ada dua kegembiraan yang dapat diperoleh dari Ramadhan. “Bagi orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu Rabb-Nya.” (HR. Muslim)

6. Hikmah Ijtima‘iyah
Harta Ramadhan yang tak kalah pentingnya adalah hikmah ijtima’iyah. Dimana seorang muslim yang berpuasa akan mampu merasakan apa yang dialami oleh orang-orang miskin. Sehingga ia dapat lebih bersyukur kepada Allah Swt. Ibnu Qayyim berkata: “Ia (berpuasa) dapat mengingatkan mereka akan kondisi laparnya orang-orang miskin.” .

Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti pahalanya (orang yang berpuasa) tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)

7. Maziyyah / Khususiyyah
Istilah populernya adalah keistimewaan. Mengapa istimewa? Karena bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan Allah akan memberikan tiket VVIP memasuki surga dari pintu khusus orang-orang yang berpuasa. Sesuai dengan hadist:
Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk darinya pada hari kiamat, yang tidak akan masuk darinya seorangpun kecuali mereka (orang yang berpuasa).” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Thursday 19 July 2012

Ketika Iblis Bertemu Rasulullah



Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas: Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda:”Tahukah kalian siapa yang memanggil?” Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.” Beliau melanjutkan, “itu iblis, laknat Allah bersamanya.” Umar bin Khattab berkata: “izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah” Nabi menahannya:”Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi. Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad,… . salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?” Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.” “Siapa yang memaksamu?” “Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata: “Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?” Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?” “Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?” “Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?” “Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“apa tanda kesabarannya?” “Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

“Selanjutnya apa?” “Orang kaya yang bersyukur.”

“apa tanda kesyukurannya?” “Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?” “Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?” “Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?” “Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?” “Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT) Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?” “aku merasa panas dingin dan gemetar.” “Kenapa?” “Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?” “Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?” “Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?” “Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?” “Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.” 

“mengapa bisa begitu?” “sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“apa yang dapat mematahkan pinggangmu?” “suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?” “taubat orang yang bertaubat.”
“apa yang dapat membakar hatimu?” “istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?” “sedekah yang diam - diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?” “Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?” “Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?” “Majelis para ulama.”
“Bagaimana cara makanmu?” “dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?” “di bawah kuku manusia.”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?” “Pemakan riba.”
 “Siapa sahabatmu?” “Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?” “Pemabuk.”
“Siapa tamumu?” “Pencuri.”
“Siapa utusanmu?” “Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?” “Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?” “Orang yang meninggalkan shalat jumaat”
“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?” “orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”
Iblis segera menimpali:”Tidak,tidak… tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar,yang bisa membaca dan tidak bisa membaca,yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allahyang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?” “Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham,tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak - anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak - anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta - wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid. Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus. Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya. Syaithan juga berkata,”keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya. mereka, anak - anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka. Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.

Cara Iblis Menggoda

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku? Akulah mahluk pertama yang berdusta. Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku. Tahukah kau Muhammad? Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar - benar menasihatinya. Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah(gosip) dan Namimah(Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku. Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. sebab barang siapa membiasakan dengan kata - kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak - anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya. Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’ Bukankah kamu tahu Muhammad,orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras. jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam. Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai. Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan ia pun semakin taat padaku. Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padanya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat.orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’ Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan. Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu. Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”

10 Permintaan Iblis kepada Allah SWT 

“Berapa yang kau pinta dari Tuhanmu?” “10 macam” “apa saja?” “aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman, “Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah. Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anakyang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal. aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku. Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku. Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku. Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku. Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku. Allah berfirman, “Orang -orang boros adalah saudara - saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27)

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku. dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia. Allah menjawab, “silahkan”, aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.

Iblis berkata : “Wahai Muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.” jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun. sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.

Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara. Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya. Rasulullah SAW lalu membaca ayat :”Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119) juga membaca, “Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata: “wahai Rasul Allah takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk - mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

(Berbagai Sumber)

Nabi Khidir Masih Hidup?




Al-Khidir adalah hamba yang saleh dan disebutkan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Kahfi, yaitu sebagai teman Nabi Musa AS, di mana Nabi Musa belajar kepadanya.   

Al-Khidir mensyaratkan kepadanya agar bersabar. Maka Musa menyanggupinya. Al-Khidir berkata, “Bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Al-Khidir adalah seorang hamba yang diberi rahmat oleh Allah dan ilmu dari sisi-Nya. Musa terus berjalan bersamanya dan melihat Al-Khidir telah melubangi perahu. Maka Musa berkata, “Apakah engkau melubanginya supaya penumpangnya tenggelam?” Cerita selanjutnya telah disebutkan dalam Surat Al-Kahfi.  

Musa merasa heran atas perbuatannya, hingga Al-Khidir menerangkan kepadanya sebab-musabab dari perbuatan yang dilakukan itu. Pada akhir pembicaraannya, Al-Khidir berkata, “Bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah penjelasan dari perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat bersabar atasnya.” Maksudnya, semua perbuatan itu hanyalah karena kemauan Allah SWT.  

Sebagian orang berkata tentang Al-Khidir, “Ia hidup sesudah Musa hingga zaman Isa, kemudian zaman Nabi Muhammad SAW, ia sekarang masih hidup, dan akan hidup hingga Kiamat.”   Orang-orang menulis kisah-kisah, riwayat-riwayat dan dongeng-dongeng bahwa Al-Khidir menjumpai si Fulan dan memakaikan kirqah (pakaian) kepada si Fulan dan memberi pesan kepada si Fulan.  

Sama sekali tidak adil pendapat yang mengatakan bahwa Al-Khidir masih hidup—sebagaimana anggapan sementara orang—tetapi sebaliknya, ada dalil-dalil dari Al-Qur’an, sunah, akal dan ijma diantara para ulama dari umat ini bahwa Al-Khidir sudah tiada. Saya anggap cukup dengan mengutip keterangan dari kitab Al-Manaarul Muniif fil Haditsish Shahih wa adh-Dha’if karangan Ibnul Qayyim. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan dalam kitab itu ciri-ciri dari hadis maudlu, yang tidak diterima dalam agama. 

Diantara cirinya ialah “hadis-hadis yang menceritakan tentang Al-Khidir dan kehidupannya.” Semuanya adalah dusta. Tidak satu pun hadis yang shahih.   Di antara hadis maudlu itu ialah hadis yang berbunyi, “Bahwa Rasulullah SAW sedang berada di masjid, ketika itu beliau mendengar pembicaraan dari arah belakangnya. Kemudian beliau melihat, ternyata ia adalah Al-Khidir.”  

Juga hadis, “Al-Khidir dan Ilyas berjumpa setiap tahun.” Dan hadis, “Jibril, Mikail dan Al-Khidir bertemu di Arafah.”   Ibrahim Al-Harbi ditanya tentang umur Al-Khidir yang panjang dan bahwa ia masih hidup. Maka beliau menjawab “Tidaklah ada yang memasukkan paham ini kepada orang-orang, kecuali setan.”   Imam Bukhari ditanya tentang Al-Khidir dan Ilyas, apakah keduanya masih hidup? Maka ia menjawab, “Bagaimana hal itu terjadi?” Nabi saw telah bersabda, “Tidaklah akan hidup sampai seratus tahun lagi bagi orang-orang yang berada di muka bumi ini.” (HR Bukhari-Muslim).  

Banyak imam lainnya yang ketika ditanya tentang hal itu, maka mereka menjawab  dengan menggunakan Alquran sebagai dalil: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jika kamu mati apakah mereka akan kekal?” (QS. Al-Anbiyaa’: 34).   Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang hal itu, maka ia menjawab, “Andaikata Al-Khidir masih hidup, tentulah ia wajib mendatangi Nabi  SAW dan berjihad bersamanya, serta belajar darinya.”

Jika Al-Khidir itu manusia, maka ia tidak akan kekal, karena hal itu ditolak Alquranul  Karim dan sunah yang suci. Seandainya ia masih hidup, tentulah ia datang kepada Nabi SAW.  Nabi SAW telah bersabda, “Demi Allah, andaikata Musa masih hidup, tentu ia akan mengikuti aku.” (HR Ahmad).  

Jika Al-Khidir seorang Nabi, maka ia tidak lebih utama daripada Musa AS. Dan jika seorang wali, tidaklah ia lebih utama daripada Abu Bakar RA.  Apakah hikmahnya sehingga ia hidup hingga kini—sebagaimana anggapan orang-orang—di padang luas, gurun dan gunung-gunung? Apakah faedahnya syar’iyah maupun akliah di balik  ini?  Sesungguhnya orang-orang  selalu menyukai cerita-cerita ajaib dan dongeng-dongeng fantastis. Mereka menggambarkannya menurut keinginan mereka, sedangkan hasil dari imajinasinya, mereka gunakan sebagai baju keagamaan.

Cerita ini disebarkan diantara sebagian orang awam dan mereka menganggapnya berasal dari agama mereka, padahal sama sekali bukan dari agama. Hikayat-hikayat yang diceritakan tentang Al-Khidir hanyalah rekayasa manusia dan tidak diturunkan oleh Allah hujjah untuk itu.   Adapun mengenai pertanyaan, apakah ia seorang Nabi atau wali?

Para ulama berbeda pendapat mengenai hal itu. Tampaknya yang lebih tepat Al-Khidir adalah seorang Nabi, sebagaimana tercantum pada ayat yang mulia dari Surat Al-Kahfi, “… dan bukanlah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri…” (QS. Al-Kahfi: 82).   Perkataan itu adalah dalil bahwa ia melakukan itu berdasarkan perintah Allah dan  wahyu-Nya, bukan dari dirinya. Lebih tepatnya Al-Khidir adalah seorang Nabi bukan wali.

(sumber : Republika.co.id)

Cara Menentukan Awal Bulan Ramadhan


Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, menjelang bulan suci Ramadhan pasti kita selalu disuguhkan beberapa pertanyaan yang sama. “Kapan sih puasanya? Hari ini atau hari itu ya?” bahkan menjelang akhir bulan Ramadhan pertanyaan yang sama juga terlontar, “Lebarannya hari apa? Hari ini atau hari itu?” Sekilas kita pasti bertanya-tanya, kok mau puasa dan lebaran aja bisa beda ya?
Ya, penanggalan pada kalender Islam / Hijriyah (qomariyah) memang berbeda dengan kalender Masehi, yang menghitung berdasarkan putaran matahari (syamsiah). Pada sistem kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun, pada sistem kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Penentuan awal bulan Hijriyah ditandai dengan munculnya penampakan Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru. Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 atau 30 hari, karena semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Rupanya hal ini tak jarang membuahkan polemik kecil mengenai kapan mulai berpuasa. ada tiga pandangan yang dijadikan sumber penentuan awal bulan baru. Dalil ketiganya bisa dibilang kuat, dan diperlukan ijtihad dari diri kita masing-masing menilainya.
Pendapat pertama menentukan dengan cara Ru’yatul Hilal. Pendapat ini melihat Hilal dengan menggunakan mata telanjang atau penglihatan langsung, pada saat terbenamnya Matahari di hari ke-29 (akhir bulan). Syaratnya, Hilal dilihat oleh saksi yang dipercaya beritanya dan diterima kesaksiannya, sehingga dengan itu diketahui bulan baru telah masuk. Dalam syariat Islam, masuknya bulan baru ditandai dengan terlihatnya Hilal. Meskipun secara perhitungan Hilal sudah wujud, namun jika pada kenyataannya tidak terlihat, maka berarti belum masuk bulan baru. Hal ini berdasarkan dalil :
أن رسول الله – – ذكر رمضان فقال : « لا تصوموا حتى تروا الهلال، ولا تفطروا حتى تروه، فإن غم عليكم فاقدروا له »
Bahwa Rasulullah menyebutkan bulan Ramadhan, maka beliau berkata : “Janganlah kalian bershaum (puasa) hingga kalian melihat Hilal, dan janganlah kalian ber’idul fitri hingga kalian melihatnya. Jika kalian terhalangi (oleh mendung, debu, atau yang lainnya) maka tentukan / perkirakanlah untuknya.” (HR. Bukhari – Muslim)
Pendapat yang kedua adalah dengan cara Ikmal (menggenapkan) bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Hal ini dilakukan apabila tidak berhasil melakukan Ru’yatul Hilal, baik karena mendung ataupun karena faktor lainnya.
Pandangan ini berdasarkan hadist Nabi
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: إِذَا رَأَيْتُمْ الْهِلاَلَ فَصُوْمُوْا وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوْا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوْهُ ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا
Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kalian melihat hilal maka berpuasalah, dan apabila melihat hilal lagi maka berbukalah, Lalu jika ditutupi atas kalian maka berpuasalah tiga puluh hari.(HR. Bukhari - Muslim)
Sedangkan pendapat ketiga adalah menggunakan Ilmu hisab yang juga disebut dengan ilmu falak. Secara bahasa falak berarti tempat peredaran bintang atau benda langit. Pendapat ini berdasarkan dalil “Dari Ibnu ‘Umar, bahwa Rasulullah Saw menjelaskan Ramadhan, maka beliau mengatakan: ‘Janganlah kalian berpuasa sehingga kalian melihat hilal dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian melihatnya. Bila kalian tertutup oleh awan maka hitunglah.” (HR. Bukhari – Muslim)
Pendapat ini menafsirkan Ru’yah" dengan ru'yah bil 'ilmi (melihat dengan ilmu). Pendapat kelompok ini didasarkan atas ayat Alquran surat Yunus (10:5)  :
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.” (QS. Yunus : 5)
Jadi, di sinilah pentingnya ilmu bagi kita sebelum beramal. Karena amal tanpa ilmu adalah sesat. Sedangkan ilmu tanpa diamalkan juga akan sia-sia. “Katakanlah (ya Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang yang tidak mengetahui (jahil)?.” (QS. Az-Zumar: 9). Dalam ayat tersebut Allah Swt secara terang menyatakan perbedaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memberi pengetahuan lebih tentang ilmu agama.” (HR. Bukhari - Muslim)

Waalahu’alam bisshowab ..