Saturday 11 August 2012

Riya', Penggugur Amal Ibadah



 “Dan apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya’ di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa: 142)

Terkadang diri kita tidak sadar bahwa amal ibadah yang telah kita lakukan harus berakhir sia-sia. Bukan karena Allah tidak menerimanya, namun karena diri kita sendiri yang membuat Allah enggan menerimanya. Karena Allah merasa amal ibadah yang dilakukan itu bukan untuk-Nya. 

Tidak dapat dipungkiri jika sebagian besar dari kita senang dengan pujian. Senang disebut- kebaikannya oleh orang lain. Tapi, tahukah kamu dampak yang diakibatkan perbuatan tersebut? Sedikit pengertian tentang riya’, yakni; melakukan suatu perbuatan dengan tujuan mendapat pujian dari orang lain terhadap apa-apa yang telah dilakukannya.

Dari Abu Said Al-Khudri -radhiallahu anhu- dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar bersama kami, sementara kami sedang berbincang-bincang tentang dahsyatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Maka beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu yang lebih aku khawatirkan menimpa diri kalian daripada Al-Masih Ad-Dajjal?” Kami menjawab, “Tentu.” Beliau bersabda, “Syirik yang tersembunyi, yaitu seseorang mengerjakan shalat lalu dia membaguskan shalatnya karena ada seseorang yang memperhatikannya.” (HR. Ibnu Majah)

Kisah Abid dengan Riya’
Pada waktu sahur, seorang ‘Abid (orang ahli ibadah) membaca surat 'Thaa Haa' di biliknya yang berdekatan dengan jalan raya. Selesai membaca, dia merasa sangat mengantuk. Lalu ia putuskan untuk tidur.

Dalam tidurnya, dia bermimpi melihat seorang laki-laki turun dari langit dan membawa Al-Qur’an. Lelaki itu datang menemuinya dan segera membuka kitab suci itu di depannya. Dijelaskannya surat 'Thaa Haa', dan diperlihatkannya halaman demi halaman agar terlihat jelas oleh Abid.

Ia melihat setiap kalimat surat itu dicatat sepuluh amal kebajikan sebagai pahala bacaannya, kecuali satu kalimat saja yang catatannya dihapus. Lalu Abid bertanya, "Demi Allah, sesungguhnya aku telah membaca seluruh surat ini tanpa meninggalkan satu kalimat pun. Tetapi mengapa catatan pahala untuk kalimat ini dihapus?"

Laki-laki itu berkata : "Benar seperti katamu, engkau memang tidak meninggalkan satu kalimat pun dalam bacaanmu tadi, dan untuk kalimat itu sudah dicatatkan pahalanya, tetapi tiba-tiba kami mendengar perintah dari arah Arasy, ' Hapuskan catatan itu dan gugurkan pahala untuk kalimat itu!' karena itulah kami segera menghapusnya."

Dalam mimpinya Abid menangis dan berkata, "Kenapa tindakan itu dilakukan?"
"Semua ini karena engkau sendiri, ketika membaca surat Thaa Haa tadi, seorang hamba Allah melewati jalan dekat rumahmu, engkau sadar akan hal itu, lalu engkau meninggikan suara bacaanmu agar terdengar oleh hamba Allah tersebut. Kalimat yang tiada catatan pahala itulah yang telah engkau baca dengan suara tinggi." jelas si lelaki.

Sang Abid terjaga dalam tidurnya, "Astagfirullahal'adzim! sungguh dahsyat virus riya’ menyusup ke dalam hatiku, dan sungguh besar bahayanya. Dalam sekejap mata, ibadahku dimusnahkan," tuturnya.

Kiat-kiat Terbebas dari Riya’
  1. Berdo’a kepada Allah Swt agar dijauhkan dari penyakit riya’.
  2. Sebisa mungkin menyembunyikan amalan sebagaimana banyak dilakukan oleh orang-orang shalih terdahulu, misalkan sedekah.
  3. Meluruskan niat ibadah.
  4. Menumbuhkan rasa takut tidak diterimanya amal ibadah oleh Allah ta’ala.
  5. Tidak terpengaruh dengan pujian orang lain ketika beribadah.
  6. Merasa takut untuk dipuji, karena segala puji hanya milik Allah Swt.
  7. Berusaha ikhlas dan tidak mengungkit suatu amalan kepada orang lain.
  8. Senantiasa beristighfar kepada Allah.
“Barangsiapa yang memberikan teladan yang baik dalam Islam, kemudian ada yang mencontoh kebaikannya, maka dicatat baginya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang mencontohnya.” (HR. Muslim)
Wallahu’alam ...

No comments:

Post a Comment